Kamis, 05 Desember 2013

BLUSUKAN KE PEDALAMAN PAPUA, PRIHATIN DENGAN KONDISI MEREKA


Mankowari : Blusukan ke gang – gang sempit, ke pasar, kawasan perkampungan padat penduduk, yang dilakukan oleh para pejabat, atau bahkan oleh para calon pemimpin kita, yang sedang mengambil simpati rakyatnya, agar memilih dia saat pemilihan umum nantinya. Mungkin kondisi tersebut adalah pemandangan yang biasa kita lihat.
Terlebih,  sorot media massa tak henti- hentinya mempublikasikan, seolah sosok tersebut adalah dipresipsikan “luar biasa” dalam memberikan penilaian kepadanya. Sekalipun hal tesebut sah-sah saja untuk dilakukan.
Berbeda halnya dengan blusukan yang dilakukan oleh team pendayagunaan BMH Manokwari, Papua Barat. Sekalipun sama istilahnya, namun peran dan aktivitas yang mereka lakukan sangat berbeda. Santunan kepada yatim dan dhuafa’ fakir miskin yang jarang diperhatikan, adalah kegiatan utama yang mereka lakukan.
Diantara lokasi yang menjadi titik blusukan BMH adalah daerah transmigrasi, perkampungan miskin, baik miskin secara finansial, maupun miskin pengetahuan agama, bahkan daerah yang belum pernah merasakan terangnya malam dengan listrik, karena daerah tersebut belum masuk listrik.
Seperti kampung majemos, daerah SP 1 sampai dengan daerah SP 11.  Bahkan,  menurut kepala cabang BMH manokwari,  Maulana Muhammad, “daerah yang paling parah adalah SP 10 dan SP 11, karena lokasi tersebut sangat jauh dari kota, masih suasana hutan, pelosok, bahkan tidak jarang kondisi alam yang sangat “mengerikan” menjadi sahabat dalam aktivitas blusukannya”.
Menurutnya, “kegiatan blusukan seperti sejatinya telah dilaksanakan mulai sebelum ramadhan 1434 yang lalu, hingga akan terus berlanjut sampai daerah tersebut dapat tercerahakan dengan baik. InsyaAllah.”
Salah satu tokoh masyarakat di kampung majemos H. Nurul yakin  menyampaikan rasa terimakasihnya kepada BMH, yang telah memberikan bantuan ke daerahnya,. Bahkan kata lelaki yang disapa oleh pak haji itu “ program sperti ini sangat bagus, dan kalau perlu ditingkan kedepannya. lembaga lain seperti BMH sekiranya juga dapat mengikuti jejak BMH kedepannya, karena memang daerah ini sangat jarang diperhatikan oleh pemerintah setempat”. Ujar tokoh masyarakat yang sudah menjadi transmigran dari pulau jawa ke pulau tanah papua ini. 
Sebagaimana yang dikutip dari cerita Maulana (kepala Cabang BMH Manokwari) kepada redaksi, bahwa selain kehidupan mereka yang susah karena persoalan perekonomian yang melanda masyarakat di kampung transmigran tersebut, persoalan pemurtadan agama yang dilakukan oleh para misionaris, merupakan persoalan yang juga sangat berat.
Kepada kaum muslimin, maulana berharap agar umat Islam yang memiliki kelebihan harta untuk mendukung program-program keummatan yang dilaksanakan oleh BMH Manokwari dan BMH secara Nasional. Semoga, Aamiin.*** (Jules).






300 DESA TERTINGGAL MENANTI QURBAN ANDA


Jakarta (26/9): Hari raya idul adha adalah momentum yang sangat baik untuk berbagi dengan sesama. Terlebih, bila manfaat tersebut dapat dirasakan oleh orang yang sangat membutuhkan, bahkan sangat jarang sekali menikmati daging qurban, karena memang tidak ada yang bisa diqurbankan, sekalipun momentum hari raya idul qurban / adha.   
“Statmen BMH tentang “Qurban di Kota Manfaat di Desa” adalah sebuah wadah yang sangat efektif dan realistis bagi pequrban yang ada dikota untuk berqurban melalui BMH, hal ini dikarenakan komitemen BMH adalah membantu para pequrban agar dapat dirasakan langsung oleh masyarakat di pedalaman Nusantara melalui daging segar yang diterimanya.”Setidaknya itulah kutipan dari pernyataan Sofyan, Koordinator Sebar Qurban Berkah Nusantara Baitul Maal Hidayatullah Pusat  kepada redaksi beberapa saat lalu.
Menurut salah satu mitra Penyaluran Qurban BMH yang ada di Kota Kupang,  Nusa Tenggara Timur, Ridawan M. Kasim menyatakan “ Tahun ini wilayah NTT mendapatkan support hewan qurban dari BMH Pusat sebanyak 200 ekor kambing dan 4 ekor sapi.  Dari jumlah tersebut, akan di distribusikan lagi ke tujuh lokasi pedalaman yang sangat membutuhkan, dan berada di tengah-tengah komunitas non muslim. Salah satunya adalah  Pulau Longos, Pulau Kera, Desa Falas, Desa Batakte dsb. Ujar kepala cabang BMH Kupang itu.
Hal senada juga di ungkapkan oleh kepala Cabang BMH Pontianak, Kalimantan Barat,  Asyari “ salah satu desa yang akan menjadi titik distribusi BMH adalah Desa Batu Layang, Kec. Pontianak Utara, Kab. Pontianak, menurutnya daerah tersebut merupakan daerah pedalaman yang jarang disentuh oleh pemerintah, dan penduduknya miskin, komunitas para pegungsi dari sambas, dan sudah lebih 16 tahun belum pernah ada qurban” Kata alumni STIE Hidayatullah Depok.

Profil  daerah distribusi qurban BMH itu, adalah sebagaian kecil yang akan menjadi titik sebaran “Qurban di Kota Manfaat di Desa” dari BMH. Masih banyak daerah yang belum terpublikasi dan sangat membutuhkan. Lebih dari 300 desa di Negeri ini masih sangat butuh daging qurban dari para donatur BMH. Mari kita bantu saudara-saudara kita di pedalaman, karena, mereka juga saudara kita. Harap sofyan. ***(jules).

Ust. Abdul Qodir Djailani Inspirator Da’I dari Pedalaman NTT , Ditengah Minoritas Sebagai Muslim


Rambutnya semua telah memutih, termasuk jenggot dan alisnya, keriput kulit dibadannya sudah dapat ditandai bahwa sosoknya memang dapat dikatakan sudah sangat dewasa. Usianya kisaran diatas 60 tahunan. Namun sosoknya tak kalah dengan pemuda yang masih energik dalam urusan jalan kaki.

Satu-satunya jalan darat yang menghubungkan antara Indonesia dan  Timor Leste, dengan suasana hutan dan jalan-jalan berliku berhias jalan menurun dan mendaki disekelilinganya,   Sosoknya  dapat ditemui disebuah gubuk yang sangat sederhana, tepatnya di desa Oebobo, Kecamatan Batu Putih, Kab. Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur.

Masjid Arrahman adalah markas dakwahnya bersama sahabatnya Ust. Mohammad
Ilyas yang usianya sebaya dengannya.  Hanya masjid itulah yang digunakan oleh masyarakat muslim dari 3 kecamatan yang ada disekitarnya seperti kecamatan Mollo, Batu Putih. Dan Kec. Mollo Selatan.

Tantangan alam dan psikis sudah ia rasakan, mulai dari diri sebagai minoritas, susahnya pendidikan yang berbasis Islam, susahnya mendapatkan makanan yang halal khususnya ketika acara hajatan,  hingga jauhnya masjid sebagai tempat ibadah bagi masyarakat muslim, dengan jarak mencapai 22 KM yang harus ditempuhnya, khususnya bila akan menunaikan ibadah sholat jum’at. Termasuk banyaknya masyarakat muslim yang murtad (keluar dari Islam) karena pengaruh budaya dan adat istiadat yang sangat kuat, sehingga sangat mudah terpengaruh.

Tahun 1990 hijrah dari kampung halamannya di kabupaten Flores Timur, menuju Kecamatan Batuh Putih. Hanya 9 keluarga yang menjadi muslim waktu itu. Banyak hal yang harus beliau lakukan untuk membina umat.

Satu persatu pedalaman kampung ia jalani, dengan satu tekad memberikan pemahaman Islam kepada masyarakat muslim adalah pekerjaan yang berat untuk disadarkan.  Bahkan tak sedikit tradisi dan pradigma masyarakat waktu itu, yang menganggap biasa hamil diluar nikah sebelum melakukan pernikahan.

Walau hidup dengan susah dan tempat tinggal yang sangat sederhana, semangat dakwahnya tak pernah luntur dengan badai. Keyakinan dan iman yang kuat adalah modal dasar yang menjadikan dirinya tetap teguh pada iman yang diyakininya. “Kita disini bertahan karena kasihan pada umat, walaupun harus hidup susah”!. Ujar ustad yang berprofesi sebagai petani itu dengan logat khas timornya.

23 tahun berjuang dijalan dakwah Islam, Alhamdulillah sudah terdapat 49 KK  yang menjadi Muslim dalam satu kecamatan Batu Putih. Berdirinya 1 masjid  di Kecamatan tersebut adalah hal yang telah terimpikan saat ini, walau manfaatnya dirasakan langsung oleh keluarga muslim di dua kecamatan lainnya. Alhamdulillah pula, akan segera kita bangun sebuah Musholla sederhana 7 KM lagi dari desa kami. Tambahnya
Kini Abdul Qodir Djailani sudah mulai bisa bernafas agak lega, walau impiannya memiliki lembaga pendidikan yang berbasis Islam didaerahnya belum terpenuhi, namun berkah dari adanya Pesantren Hidayatullah yang berada kota Kupang, putra dan putrinya dapat menempuh pendidikan dan lingkungan yang baik dari pesantren Hidayatullah tersebut. Termasuk salah satu putrinya yang sedang menempuh pendidikan tinggi di kota Kupang, dapat tinggal di Pesantren Mahasiswa Milik Hidayatullah secara gratis.

Semoga eksistensi Islam terus menggema di santero pedalaman Negeri ini. kita doakan semoga ukhuwah masyarakat muslim di daerah tersebut dan daerah lainnya, serta para dai pedalaman terus Istiqomah di Jalan Dakwah Islam, Hingga Nafas akhir mereka. Aamien. *** Jules.